Tipe Lakon dalam Drama
1. Drama
Drama berasal
dari kata Yunani Kuno, draomai yang berarti bertindak atau
berbuat (mengacu pada salah satu jenis pertunjukan) dan drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot
dan Beaumarchaid
untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah.
Dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang
menggarap satu
masalah yang punya arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan
tragika atau kematian (Bakdi Soemanto, 2001). William Froug (1993)
mendefinisikan drama sebagai lakon serius yang memiliki segala rangkaian
peristiwa yang nampak hidup, mengandung emosi, konflik, daya
tarik memikat serta akhir yang mencolok dan tidak diakhiri oleh kematian
tokoh utamanya.
Drama juga bisa
diartikan sebagai suatu kualitas komunikasi, situasi, aksi dan
segala apa saja yang terlihat dalam pentas baik secara objektif maupun
secara subjektif, nyata atau khayalan yang menimbulkan kehebatan,
keterenyuhan dan ketegangan perasaan para pendengar atau penonton.
Bisa juga diartikan sebagai suatu bentuk cerita konflik sikap dan sifat
manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan
menggunakan percakapan dan gerak di hadapan pendengar maupun
penonton.
Dengan mengacu
pada definisi di atas dapat disimpulkan bahwa drama adalah
salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang
memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi tetapi tidak
mengagungkan sifat tragedi. Contoh lakon-lakon drama adalah Hedda Gabler, Musuh Masyarakat, Brand, Boneka Mainan,
Tiang-Tiang Masyarakat, Hantu-Hantu (Henrik Ibsen), Domba-domba Revolusi (B. Sularto), Titik-titik Hitam (Nasjah Djamin).
2. Tragedi
Tragedi berasal
dari kata tragoidia (bahasa Yunani), tragedy (bahasa
Ingggris), tragedie (bahasa Perancis)
yaitu penggabungan kata tragos yang berarti kambing dan kata aeidein yang berarti nyanyian. Jadi tragedi
adalah nyanyian yang dinyanyikan untuk mengiringi kambing sebelum
dibaringkan di atas altar untuk dikorbankan. Pengorbanan kambing dilakukan
pada saat upacara untuk menghormati dewa Dionysos yang
dianggap sebagai dewa kesuburan. Bisa juga kata tersebut berarti
untuk menyebut kostum kambing yang dikenakan oleh aktor ketika
memainkan lakon satir.
Lakon tragedi menurut
Aristoteles adalah lakon yang meniru sebuah aksi yang
sempurna dari seorang tokoh besar dengan menggunakan
bahasa yang menyenangkan supaya para penonton merasa belas
kasihan dan ngeri, sehingga penonton mengalami pencucian jiwa
atau mencapai katarsis. Kalau dikaji lebih lanjut tentang definisi tragedi
menurut Aristoteles ini adalah sebagai berikut. Lakon tragedi
memerlukan aksi yang sempurna. Dengan aksi yang sempurna diharapkan
mempunyai daya pikat yang tinggi, padat, kompleks, dan sublim. Dengan aksi
yang sempurna diharapkan penonton mencapai katarsis
(penyucian jiwa). Tokoh yang besar diharapkan mampu menghadirkan efek
tragis yang besar. Jadi lakon tragedi sebenarnya bukan lakon yang
bercerita duka cita dan kesedihan tetapi lakon yang bertujuan untuk
mengoncang jjiwa penonton sehingga lemas, tergetar, merasa ngeri
tetapi sekaligus juga merasa belas kasihan. Pendeknya penonton merasa
menyadari betapa kecil dan rapuhnya jiwa manusia di depan kedahsyatan
suratan takdir (Rendra, 1993).
Tujuan utama lakon
tragedi ini adalah membuat kita mengalami pengalaman emosi
melalui identifikasi para tokoh dan untuk menguatkan kembali
kepercayaan pada diri sendiri sebagai bagian dari manusia. Tokoh dalam lakon
tragedi ini biasanya tokoh terpandang, raja, kesatria, atau tokoh yang
memiliki pengaruh di masyarakat sehingga identifikasi penonton terhadap
tokoh tersebut merasa betul-betul kasihan. Tokoh utama dalam lakon
tragedi di akhir cerita biasanya mengalami kesengsaraan dan
kematian yang tragis. Jalan yang ditempuh biasanya sangat berat,
sulit dan membuatnya menderita, tetapi sikap ini justru membuatnya tampak
mulia dan berkeprimanusiaan. Sebenarnya bukan masalah kematian
tokoh utama yang menjadi penting pada lakon tragedi tetapi tentang
apa yang dikatakan dalam lakon tentang kehidupanlah yang penting.
Lakon-lakon
tragedi Yunani Kuno mengajak manusia untuk merenungkan
hakikat kehidupan dipandang dari sisi yang menyedihkan karena kehidupan
pada prinsipnya selalu kalah dengan takdir ilahi. Dalam lakon tragedi
tokoh utama menghadapi konsekuensi yang tidak bisa ditolak, tetapi
mereka yakin bahwa kehidupan ini bisa ditaklukkan dan dikalahkan
meskipun pada akhirnya juga kalah dengan takdir. Lakon tragedi seperti
roman yang mengungkapkan pencarian manusia terhadap rahasia
kehidupan abadi dan pertahanan terhadap kekuatan jahat untuk
mendapatkan identitas sekaligus semangat hidup, meskipun
untuk
mendapatkannya melalui berbagai pengorbanan. Misalnya lakon Oedipus karya Sophocles menceritakan kedukaan manusia yang tidak berdaya dihadapan
takdir dewa bahwa Oedipus akan mengawini ibunya dan membunuh
bapaknya serta menjalani kehidupannya dengan kesengsaraan.
Menurut
Aristoteles ada enam elemen yang ada dalam lakon tragedi sebagai
berikut:
- Plot adalah susunan kejadian atau insiden. Lakon tragedi adalah imitasi perbuatan manusia, dan perbuatan ini akan menghasilkan aksi-aksi atau insiden yang membuat tragedi ada.
- Watak atau karakter adalah ciri khas tokoh yang terlibat dalam kejadian atau insiden. Melalui watak atau karakter inilah penonton mengidentifikasikan dirinya dalam lakon tragedi.
- Pikiran-pikiran merupakan kemampuan untuk mengekspresikan apa yang perlu dan cocok untuk situasi. Dalam lakon harus ada pembicaraan-pembicaraan yang mengandung pemikiranpemikiran yang masuk akan dan universal.
- Diksi adalah gaya atau cara dalam menyusun dan menampilkan kata-kata sebagai upaya untuk mengekspresikan maksud penulis lakon. Dalam lakon tragedi kata-kata disusun dan diucapkan dengan cara puitis.
- Musik, dalam lakon tragedi fungsi musik adalah untukmemberikan rasa kesenangan dan mengarahkan emosi-emosi penonton.
- Spektakel (mise en scene) elemen ini merupakan elemen non personal tetapi lebih pada elemen pendukung pementasan dari lakon tragedi. Elemen ini berfungsi untuk mengarahkan emosi penonton pada suasana tragis.
Para penulis
lakon tragedi adalah sebagai berikut.
Sophocles : Oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus, Antigone (trilogi Oedipus)Aeschylus : Agamemnon, The Llibatian Beavers, The Furies (trilogi Oresteia)Euripides : Medea, Hyppolitus, Ion and Electra, The Troyan Woman, CyclopsShakespeare : Hamlet, Macbeth, Romeo and Juliet, Antony and Cleopatra, King Lear, Julius Caesar, OthelloHenrik Ibsen : Mrs. Alving, A Doll’s HouseArthur Miller : The Crucible, All My Sons, Death of a SalesmanSeneca : Phaedra
3. Komedi
Komedi berasal
dari kata comoedia (bahasa Latin), commedia (bahasa Italia)
berarti lakon yang berakhir dengan kebahagiaan. Lakon komedi seperti
halnya lakon tragedi merupakan bagian dari upacara penghormatan
terhadap dewa Pallus. Upacara penghormatan ini dilakukan dengan
cara melakukan arak-arakan dan memakai kostum setengah manusia
dan setengah kambing. Arak-arakan ini menyanyi dan melontarkan
kata-kata kasar untuk memancing tertawaan penonton.
Menurut
Aristoteles lakon komedi merupakan tiruan dari tingkah laku manusia biasa
atau rakyat jelata. Tingkah laku yang lebih merupakan perwujudan
keburukan manusia ketika menjalankan kehidupan sehingga mampu menumbuhkan
tertawaan dan cemoohan sampai terjadi katarsis atau penyucian
jiwa (Yudiaryani, 2002).
Penciptaan lakon
komedi bertitik tolak dari perasaan manusia yang memiliki
kekuatan, namun manusia tidak sadar bahwa dirinya memiliki daya
hidup yang dikelilingi alam semesta. Manusia harus mempertahankan
kekuatan dan vitalitas secara utuh terus menerus bahkan harus
menumbuhkembangkan untuk mengatasi perubahan alam, politik, budaya
maupun ekonomi (Yudiaryani, 2002). Perasaan lemah dalam diri
manusia akan mengakibatkan tidak bisa bertahan terhadap segala perubahan
dan tantangan. Untuk menguatkan perasaan itu manusia
membutuhkan semacam cermin diri agar tidak ditertawakan oleh yang lain.
Lakon komedi
adalah lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat
manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa
lebih menghayati kenyataan hidupnya. Jadi lakon komedi bukan hanya
sekedar lawakan kosong tetapi harus mampu membukakan mata penonton
kepada kenyataan kehidupan sehari-hari yang lebih dalam (Rendra,
1983). Tokoh dalam lakon komedi ini biasanya adalah orang-orang yang
lemah, tertindas, bodoh, dan lugu sehingga identifikasi penonton terhadap
tokoh tersebut bisa ditertawakan dan dicemoohkan.
Peristiwa
mentertawakan tokoh yang dilihat ini sebenarnya mentertawakan
kelemahan dan kekurangan yang ada dalam dirinya. Perkembangan
lakon komedi bisa dikategorikan dalam berbagai tipe lakon komedi
berdasarkan pada sumber humornya, metode penyampaiannya
dan bagaimana lakon komedi itu disampaikan.
Berikut ini adalah tipe
lakon komedi berdasarkan alirannya.
- Black Comedy (komedi gelap) adalah lakon komedi yang merujuk pada hal-hal yang meresahkan, misalnya kematian, teror, pemerkosaan, dan perang. Beberapa aliran komedi ini hampir mirip dengan film horor.
- Character Comedy (komedi karakter) adalah lakon komedi yang mengambil humor dari sebuah pribadi yang dicipakan atau dibuat oleh pemeran. Beberapa lakon komedi ini berasal dari hal-hal yang klise.
- Improvisational Comedy (komedi improvisasi) adalah lakon komedi yang tidak terencana dalam pementasannya.
- Observational Comedy (komedi pengamatan) adalah lakon komedi yang bersumber pada lelucon hidup keseharian dan melebih-lebihkan hal yang sepele menjadi hal yang sangat penting atau mengamati kebodohan, kekonyolan yang ada dalam masyarakat dan berharap itu diterima sebagai sesuatu yang wajar.
- Physical Comedy (komedi fisik) adalah lakon komedi yang hampir mirip dengan slaptis, dagelan atau lelucon yang kasar. Komedi lebih mengutamakan pergerakan fisik atau gestur.
Lakon komedi
sering terpengaruh oleh badut.
- Prop Comedy (komedi dengan peralatan) adalah lakon komedi ini mengandalkan peralatan yang tidak masuk akal.
- Surreal Comedy (komedi surealis) adalah lakon komedi yang berdasarkan pada hal-hal yang ganjil, situasi yang absur, dan logika yang tidak mungkin.
- Topical Comedy (komedi topik/satir) adalah lakon komedi yang mengandalkan pada berita utama dan skandal-skandal yang terpenting dan terpilih. Durasi waktu pementasan komedi ini sangat cepat tetapi komedi ini sangat populer. Misalnya talkshow tengah malam.
- Wit atau Word Play (komedi intelektual) adalah lakon komedi yang berdasarkan pada kepintaran, dan kecerdasan. Komedi ini seringkali memanipulasi kehalusan bahasa sebagai bahan leluconnya.
Para penulis
lakon komedi adalah sebagai berikut.
Aristophanes : The Archanians, The Knights, Lysistrata, The Wasps, The Clouds, The Frogs, The BirdsManander : Dyscolus, Aspis, Georgo”, Dis exapaton, Epitrepontes, Colax, misumenos, Perikeiromene, Samia, Sicyonios, Heros, Theophoroumene, Kitharistes, Phasma, OrgeShakespeare : A Midsummer Night’s Dream, The Comedy Of Errors
4. Satir
Satir berasal
dari kata satura (bahasa Latin), satyros (bahasa Yunani), satire (bahasa Inggris) yang berarti sindiran. Lakon satir
adalah lakon yang
mengemas kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk
mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan dengan
maksud membawa sebuah perbaikan. Tujuan drama satir tidak hanya
semata-mata sebagai humor biasa, tetapi lebih sebagai sebuah kritik
terhadap seseorang, atau kelompok masyarakat dengan cara yang sangat
cerdik. Lakon satir hampir sama dengan komedi tetapi ejekan dan
sindiran dalam satir lebih agresif dan terselubung. Sasaran dari lakon satir
adalah orang, ide, sebuah institusi atau lembaga maupun masalah sosial
yang menyimpang.
Lakon satir sudah
dimainkan sejak abad ke-5 sebelum masehi di teater Atena.
Lakon satir awalnya digunakan untuk melengkapi lakon tragedi Yunani pada
waktu upacara penghormatan dewa Dionysos, pertunjukannya
berupa adegan yang singkat dan bersifat menyenangkan penonton. Tetapi
perkembangan lakon satir mengalami kemunduran dan lama kelamaan
menghilang dari teater Yunani.
Penulis lakon
satir yang paling terkenal adalah Euripides yang menulis lakon The Cyclops yang menceritakan pertemuan Odysseus dengan makluk
Cyclops. Sebelum Euripides, ada penulis lakon satir yang mendahuluinya
yaitu Sophocles yang menulis lakon The Trackers yang menceritakan
keinginan Apollo untuk menyembuhkan sekawanan ternak miliknya yang
dicuri oleh Hermes. Para penulis satir pada jaman Yunani biasanya
mengambil sasaran dewa sebagai bahan ejekan, karena pada waktu itu dewa
memiliki kelebihan dan senang memainkan manusia.
5. Melodrama
Melodrama adalah
lakon yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan
cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. Menurut Herman J.
Waluyo (2001) melodrama adalah lakon yang sangat sentimental,
dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan
perasaan penonton. Pementasan lakon-lakon melodrama sangat berbeda
dengan jenis-jenis lakon lainnya, pementasannya seolaholahdilebih-lebihkan
sehingga kurang menyakinkan penonton. Tokohtokoh dalam melodrama
adalah tokoh biasa dan tidak ternama (berbeda dengan tokoh
dalam lakon tragedi yang harus menggunakan tokoh yang besar), serta
bersifat steriotipe. Jadi kalau tokoh tersebut jahat maka seterusnya tokoh
tersebut jahat dan tidak ada sisi baiknya, sedangkan kalau tokoh
tersebut adalah tokoh pahlawan maka tokoh tersebut menjadi tokoh pujaan yang
luput dari kekurangan dan kesalahan serta luput dari tindak kejahatan.
Tokoh hero dalam lakon melodrama selalu
memenangkan
peperangan.
Jenis drama ini
berkembang pada permulaan abad kesembilan belas. Istilah
melodrama berasal dari bagian sebuah opera yang menggambarkan
suasana sedih atau romantis dengan iringan musik (melos diturunkan dari kata melody atau lagu). Kesan suasana inilah yang kemudian
berkembang menjadi jenis drama tersendiri.
Ciri-ciri melodrama sebagai
berikut:
- Berpegang kepada keadilan moralitas yang keras; yang baik akan mendapatkan ganjaran pahala, dan yang jahat akan mendapat hukuman.
- Membangkitkan simpati dan keharuan penonton dengan memperlihatkan penderitaan tokoh baik, dan sebaliknya membangkitkan rasa benci dan marah kepada tokoh jahat.
- Cerita dalam melodrama diramu dengan unsur-unsur ketegangan (suspense).
- Plot dijalin dengan kejadian-kejadian yang mendadak dan di luar dugaan, kejadian-kejadian yang tokoh utama-nya selalu nyaris lolos dari bahaya besar.
- Karakter tetap yang selalu muncul dalam melodrama adalah pahlawan (lelaki atau wanita), tokoh lucu (komik), dan penjahat.
- Dalam pementasannya selalu diiringi musik seperti layaknya seni film sekarang. Kata melodrama sendiri berasal dari kata melo (melodi) dan drama. Musik dalam lakon jenis ini berfungsi untuk membangun suasana dan membangkitkan emosi penonton.
- Tema-tema melodrama berkisar tentang dengan sejarah, dan peristiwa rumahtangga.
No comments:
Post a Comment